pilih solusi tepat dan nyata di d'BCN

Tuesday, April 30, 2013

Tips Agar Ikhlas dalam Beramal

Ada kata mutiara seperti ini...
“Meninggalkan amalan karena manusia itu sifatnya riya, beramal karena manusia itu berarti syirik, tetapi ikhlas dalam beramal itu akan terhindar dari kedua-duanya.” 
Dari kata mutiara di atas menunjukkan  bahwa keikhlasan itu akan membawa kita kepada kebaikan.

Ikhlas merupakan ruhnya dalam beramal dan salah satu syarat diterimanya amalan yaitu keikhlasan. Adapun syarat diterimanya suatu amalan, yaitu:
1.     Sungguh-sungguh
Pada setiap melakukan suatu amalan baik itu shalat, sedekah, ataupun amalan yang lainnya itu harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, karena Allah Swt maha mengetahui setiap amalan kita. Serta ingat pada kematian jadikan amalan itu yang terbaik, karena kita tidak tahu akan umur kita sendiri. Oleh karena itu lakukan amalan dengan sungguh-sungguh.
2.     Ikhlas
Ikhlas dalam melakukan amalan dengan niat yang benar. Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya, karena niat yang ikhlas itu dapat mendatangkan keberkahan. Allah Swt berfirman “Orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, kemudian tidak mengiringi apa yang dia infakkan itu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak berseih hati.” QS. Al-Baqarah Ayat 262.
3.     Sunnah sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah Rasul.
Lakukan amalan dengan niat yang ikhlas serta sesuai dengan petunjuk dan hal-hal yang terkandung dalam Al-Quran dan Sunnah/hadits Rasul.

Memunculkan niat yang ikhlas dalam setiap amalan itu memang tidak mudah, tetapi sebenarnya terdapat cara dalam berniat yang ikhlas itu, yaitu sebagai berikut:
1.     Mengetahui arti dari keikhlasan itu sendiri.
2.     Menambah pengetahuan tentang Allah Swt.
3.     Banyak membaca Al-Quran, untuk penyembuh penyakit yang ada di dalam dada (penyakit hati).
4.     Memperbanyak amalan-amalan rahasia, yaitu suatu amalan yang hanya diketahui oleh diri sendiri dan Allah Swt.
5.     Menghindari atau mengurangi saling memuji. Hal ini kadang suatu pujian membuat hati menjadi besar kepala atau menjadi sombong. Oleh karena itu harus dihindari.
6.     Berdoa dengan tujuan semoga selalu diberikan niat yang ikhlas dan dijauhi dari syirik.

Demikian pembahasan mengenai ikhlas, semoga bermanfaat dan semoga kita termasuk ke dalam manusia yang selalu ikhlas dalam melaksanakan suatu amalan.

Sumber :
-    Materi Liqo tertanggal 20 April 2013
-    Depag RI, Al-Quran dan Tejermahannya. Diterbitkan oleh Media Insani Publishing

penulis: deviyanti_mahasiswa

Membagi Prioritas Cinta

Kata “Cinta” mungkin sudah tidak asing lagi terdengarnya oleh kita semua. Semua kalangan baik dari kalangan anak kecil, remaja, serta orang dewasa mengetahui kata “Cinta”. Pada saat ini kata Cinta itu mengantar sepasang manusia menjalin hubungan dalam ikatan pernikahan, adapula dalam hubungan pacaran.  Sebaiknya hubungan dalam pacaran yang berlandaskan cinta itu dihindari karena lebih banyak mendatangkan kemudharatan. Tetapi memang kembali lagi kepada setiap prinsip dan pilihan manusia itu sendiri apabila bertanggung jawab memikul resiko besarnya.

Cinta dalam bahasa arab yaitu Al-mahabbah, tetapi lebih mentitik beratkan dalam artian kasih sayang. Cinta merupakan perasaan manusia yang mencintai kekasihnya (bisa manusia, hewan, dll) dengan penuh gairah yang menimbulkan kasih sayang serta selalu mengingatnya. Cinta itu fitrah seorang manusia, Allah Swt telah memberikan cinta tersebut kepada seluruh makhluk-Nya.

Cinta yang ada pada diri kita haruslah diprioritaskan jangan sampai cinta kita kepada Allah Swt menjadi prioritas terakhir. Dalam memprioritaskan cinta yaitu harus seperti ini:

1.     Cinta kepada Allah Swt, Cinta kepada Rasulullah Saw, dan Cinta untuk berjihad kepada Allah Swt.
Untuk cinta kepada Allah Swt kita harus menyadari akan nikmat Allah Swt yang sangat besar serta menyadari kasih sayang Allah Swt yang telah diberikan kepad kita. Cinta kepada Rasul yaitu taat kepada perintah Rasul dan mengikuti anjuran serta sunnah-sunnahnya.
2.     Cinta kepada Orang tua, adik, suami, dan sesama
Hal ini lah yang menjadi fitrah manusia untuk mencintai sesamanya, yaitu keluarga, suami, teman, dan makhluk Allah lainnya.
3.     Cinta yang berlandaskan karena hawa nafsu.
Semoga kita terhindar dari cinta ini, karena cinta berlandaskan hawa nafsu akan membawa kita kepada kemudharatan. Contoh cinta berlandaskan hawa nafsu ini terjadi pada Nabi Yusuf As yang difitnah oleh Zulaikha.

Perasaan cinta yang ada dalam diri kita kepada keluarga, harta dan yang lainnya seharusnya tidak sampai melebihi rasa cinta kita kepada Allah Swt. Allah Swt berfirman:
“Katakanlah. “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang Fasik.”  QS. At-Taubah Ayat 24.
Semoga setelah membaca artikel ini, kita dapat memprioritaskan cinta yang ada pada diri kita. Dan semoga kita terhindar dari cinta yang melebihi cinta kepada yang lain daripada cinta kepada Allah Swt.

Sumber:
-    Materi Liqo tertanggal 27 April 2013
-    DEPAG RI, Al-Quran dan Terjemahannya. Diterbitkan oleh Media Insani Publishing

penulis: deviyanti_mahasiswa

Macam-macam dan keutamaan Shalat Sunnah

Shalat Sunnah merupakan shalat sunat di luar dari salat salat-salat yang difardukan. Apabila shalat sunnah ini dikerjakan akan mendapat pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa.

Salat sunat dibagi menjadi dua, yaitu : Shalat Sunat Mutlak dan Shalat Sunat Muqayyad. Untuk mengerjakan shalat sunat mutlak cukup niat saja, tanpa menyebut bilangan raka’at. Boleh melakukannya satu raka’at, dua, tiga, lima, sampai sepuluh dan seterusnya. Shalat sunat ini dapat dikerjakan di sembarang waktu asal tidak pada waktu-waktu yang terlarang. Adapun shalat sunat muqayyad dibagi menjadi sua macam yaitu:

1.      Shalat Sunat yang mengikuti salat fardu yang disebut dengan “Shalat Rawatib” dilaksanakan sebelum shalat fardu (shalat sunat qabliyah) dan sesudahnya (shalat sunat ba’diyah). Shalat Rawatib itu sebagai berikut :
a.    Empat raka’at qabliyah Zhuhur
b.    Dua raka’at ba’diyah Zhuhur
c.    Dua raka’at qabliyah Ashar
d.   Dua rala’at qabliyah Maghrib
e.    Dua raka’at ba’diyah Maghrib
f.     Empat raka’at qabliyah Isya
g.    Dua raka’at ba’diyah Isya
h.    Dua raka’at qabliyah Subuh
2.      Shalat Sunat Wudhu
3.      Shalat Sunat Duha
4.      Shalat Sunat Tahyatul Masjid
5.      Shalat Sunat Tahajud
6.      Shalat Sunat Istikharah
7.      Shalat Sunat Awwabin
8.      Shalat Sunat Tasbih
9.      Shalat Sunat Tobat
10.  Shalat Sunat Hajat
11.  Shalat Sunat Tarawih
12.  Shalat Sunat Witir
13.  Shalat Sunat Dua Hari Raya
14.  Shalat Sunat Dua Gerhana
15.  Shalat Sunat Istisqa

Keutamaan Shalat sunat itu sendiri yaitu dapat menambal kekurangan shalat wajib yang di sia-siakannya dan mendapat keafdolan sesuai fadhilah dari salat sunat itu sendiri. Rasulullah Saw, bersabda:
“Sesungguhnya amal perbuatan manusia yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat ialah tentang shalat. Tuhan berfirman kepada malaikat-Nya, sedang Ia Dzat yang Maha Mengetahui : Periksalah salat hamba-Ku, apakah sudah cukup atau kurang? Kalau cukup catatlah baginya cukup dan kalau kurang, maka Tuhan berfirman lagi : Periksalah! Adakah hamba-Ku mempunyai amalan salat sunat? Jika ternyata terdapat salat sunatnya, lalu Tuhan berfirman lagi : Cukupkanlah kekurangan salatfardu hamba-Ku itu dengan salat sunatnya. Kemudian diperhitungkan amal perbuatan itu menurut cara demikia.”(HR. Abu Dawud).
Dari hadits tersebut bahwa shalat sunat itu sangat penting bagi kita. Selain mendapat pahala dari sahlat sunat itu sendiri, maka hsalat sunat akan menjadi pelengkap shalat wajib kita.

Sumber :
1. Tuntunan Amalan Salat Lengkap. Karya Abu Juhaidah. Penerbit Duta Media.

penulis: deviyanti_mahasiswa

Adab Masuk dan Keluar Masjid

Masjid merupakan rumah Allah Swt dan merupakan tempat yang suci. Sehingga kita sebagai umat muslim harus mengetahui adab masuk dan keluar masjid. Adab masuk dan keluar masjid, yaitu:

1.    Bershalawat dan berdoa saat masuk dan keluar masjid
Rasulullah bersabda, 
“Bila salah seorang di antara kalian hendak masuk masjid hendaknya ia bershalawat atas Nabi Saw dan membaca doa, ‘Yaa Allah, bukalah untukku pintu-pintu rahmatmu,’ Dan, bila keluar hendaknya ia bersalam kepada Nabi lalu mengucakpan, ‘Yaa Allah, sungguh aku mohon karunia-Mu.”(HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubra bersumber dari Abu Humaid atau Bau Usaid. Ra)

2.    Shalat dua rakaat
Rasulullah Saw bersabda,”Apabila salah seorang di antara kalian masuk masjid janganlah ia langsung duduk sebelum ia shalat dua rakaat.”(HR. Muslim, no. 1688). Namun hal ini disunnahkan apabila iqamat telah dikumandangkan.

3.    Menyibukkan diri dengan hal-hal yang akan mendatangkan pahala, seperti shalat sunnah dan berdoa. Dari Abdullah bin Mughafal ra, dari Nabi Saw bersabda, “Antara dua adzan ada waktu untuk melakukan shalat bagi yang ingin melakukannya.”(HR. At-Tirmidzi, No. 185 bersumber dari Abdullah bin Mughafal ra.)

4.    Besegera bangkit bila iqamat untuk shalat telah dikumandangkan dan sang imam telah terlihat. Rasulullah Saw bersabda, “Bila iqamat untuk shalat telah dikumandangkan, maka janganlah kalian berdiri hingga kalian melihat diriku.”(HR. Muslim, no. 1395 bersumber dari Abu Qatadah).

5.    Meluruskan dan merapatkan barisan
Rasulullah Saw bersabda, “Lurus dan rapatkanlah barisan kalian karena sesungguhnya lurus dan rapatnya barisan termasuk kesempurnaan shalat (shalat berjama’ah-ed).”(HR. Muslim, no. 1003 bersumber dari Anas bin Malik ra.)

6.    Segera mengikuti gerakan imam
Rasulullah Saw bersabda, “Seorang imam itu dijadikan supaya diikuti. Oleh karena itu, bila ia bertakbir maka hendaklah kalian bertakbir, bila ia ruku maka hendaknya kalian rukuk, bila ia mengucapkan, “Allah mendengar orang yang memuji-Nya” maka ucapkanlah, “Yaa Allah, Tuhan kami bagi-Mu segala puji. Bila ia shalat dengan berdiri, maka shalatlah dengan berdiri, bila ia shalat dengan duduk maka shalatlah kalian dengan duduk semuanya.”(HR. Muslim, no. 962 bersumber dari Abu Hurairah).

7.    Berdzikir seusai shalat
Dari Tsauban ra, ia mengatakan, Adalah Rasulullah Saw usai shalat beliau beristighfar.

8.    Menggunakan jari jemari tangan kalian saat berdzikir
Dari Abdullah bin Amr ra, ia berkata, “Aku melihat Rasulullah Saw menghitung bacaan tasbih (dengan jari-jari) tangan kanannya.”(HR. Abu Dawud, no. 1502).

9.    Memakai sandal/sepatu dimulai dengan bagian yang kanan terlebih dahulu
Aisyah ra, mengatakan, “Adalah Rasulullah Saw suka mendahulukan yang kanan sebisa yang beliau lakukan dalam bersuci, memakai sandal, bersisir dan dalam segala urusannya.”(HR. An-Nasa’I, no. 112).

 Sumber : Dirangkum dari berbagai sumber. Ditulis oleh Buletin Dakwah AN-NUR Th. XVIII No. 859/Jum’at IV/Jumadil Tsaniyah 1433 H/ 27 April 2012 M.

Faktor Pendukung dan Sarana Menghapus Dengki

Dengki adalah mengharapkan hilangnya nikmat dari seseorang, baik ‘nikmat agama’ maupun ‘nikmat dunia’. Sikap dengki merupakan sikap yang tercela dan sesuatu yang buruk. Nabi bersabda “Jauhkanlah diri kalian dari dengki” (HR. Abu Dawud, no. 4905). Sikap dengki bisa menjadi sebab hangusnya kebaikan yang telah dilakukan oleh seseorang, sebagaimana sabda Rasulullah Saw “Karena dengki akan memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.”(HR. Abu Dawud, no. 4905).

Dengki adalah perbuatan jahat yang berbahaya, karena orang yang dengki akan mendapatkan lima keburukan sebelum sampainya sesuatu yang dibenci kepada orang yang didengkinya, yaitu: kedukaan yang terus – menerus, musibah yang tidak mendapatkan pahala, kehinaan yang tidak terpuji, murka Allah kepadanya, serta tertutupnya baginya pintu-pintu petunjuk.

Sikap dengki yang dimiliki oleh seseorang pasti ada faktor-faktor yang mendukungnya. Di antara faktor-faktor tersebut adalah:

1.      Permusuhan dan Kebencian
Hal ini menjadi faktor pemicu kedengkian karena biasanya orang yang telah disakiti oleh orang lain karena sesuatu hal, dan akan menimbulkan ketidaksukaan dalam hatinya, sehingga lahir lah di dalam dirinya kedengkian.
2.      Kesombongan
Kesombongan ini menjadi faktor kedengkian orang-orang kafir. Orang-orang kafir sombong karena tidak mengakui kerasulan yang datang kepada manusia biasa seperti mereka, maka mereka dengki terhadap para Rasul Allah Swt.
3.      Cinta Kepemimpinan dan Ketenaran
Seperti contoh ada seseorang yang pintar dalam berilmu, dia tidak mau ada yang menandinginya dan dia hanya berharap pujian hanya untuk dia seorang, sehingga apabila ada orang lain yang melebihinya maka timbul kedengkian dan berharap saingannya itu mati ataupun nikmat yang ada padanya hilang. Semua ini timbul karena sikap ingin memimpin dan tidak mau terkalahkan.
4.      Keburukan dan Kekikiran
Ada sebagian manusia yang tidak menyibukkan diri dengan keuasaan dan tidak sombong, akan tetapi apabila diceritakan kepadanya tentang kebaikan salah seorang hamba Allah Swt karena nikmat yang telah diberikan kepadanya maka dadanya akan terasa sesak, serta apabila diceritakan tentang penderitaan seseorang, maka itu akan menggembirakan hatinya.

Setelah kita mengetahui tentang berbahayanya sikap dengki ini, maka terdapat sarana untuk menghapusnya, yaitu:

1.   Ikhlas
2.  Ridha kepada Tuhannya, maksud ridha disini yaitu ridho kepada Tuhannya atas ketetapan yang diberikan.
3.   Ingat Perhitungan amal dan siksaan yang akan ditimpakan kepada mereka yang menyakiti kaum Muslimin yang disebabkan oleh keburukan jiwa dan perangai, yaitu berupa iri, dengki, menggunjing, mengadu domba, mengolok-olok dan sebagainya.
4.   Doa
5.  Ingat bahwa orang yang kita telah tiupkan racun ke dalam dirinya adalah saudara Muslim, bukan orang Yahudi, bukan pula Nasrani. Kita dan saudara muslim yang lain telah disatukan dalam ikatan Islam, mengapa pula kita menyakitinya.

Demikian pembahasan mengenai bahaya dengki. Semoga Allah selalu mellindungi kita dari penyakit hati yang sangat berbahaya ini. Aamiin.

Sumber :
Disadur dari kitab, “al-Hasad,” karya : Abdul Malik al-Qasim, edisi Indonesia : Dengki, penerbit Yayasan al-Sofwa, Jakarta. Dan ditulis di Buletin Dakwah AN-NUR Th. XVIII No. 860/Jum’at I/Jumadil Tsaniyah 1433 H/04 Mei 2012 M 

Adab Bertamu

Kalau di keseharian, kita mengenal dengan tata krama, sopan santun, dan lainnya maka dalam Islam semuanya sudah dibuat bagaimana aturan mainnya. Allah sampaikan dalam kitabNya, Al-Qur'an. Okay, kali ini, kita bahas adab bertamu. Sebelum itu, simak dulu kisah di bawah ini:

Ada sebuah keluarga yang terdiri dari 1 ayah, 1 ibu dan 2 anak. Anak pertama bernama Aska dan anak kedua bernama Zidan. Suatu pagi di hari libur, Ibu membuat kolak pisang yang cukup banyak, kemudian ia meminta Aska untuk mengantarkan makanan ke rumah nenek juga bu'denya. Aska yang sedang sibuk dengan laptopnya, sedikit bermalas-malasan untuk keluar. Ia belum mandi dan masih mengenakan baju tidur.

"mandi dulu sana" seru sang ibu pada anak pertamanya itu
"ntar aja bu. mana kolaknya biar sekarang aska antar" jawab si anak
"malu dong sama nenek masa kesana pake baju tidur" ucap si ibu
  
adab 1: Memakai pakaian yang terbaik, rapih, menutup aurat

Akhirnya ia mengikuti apa yang disarankan oleh ibunya, lalu pergi mengantar kolak tersebut dengan mengendarai motor. Rumah nenek tidak begitu jauh dari rumahnya, kurang lebih berselang 7 rumah sehingga ia bisa sampai lebih cepat. Sampai di rumah nenek, Aska melihat pintunya terbuka, ia pun segera masuk mencari nenek. 

"nenek, nenek... Aska datang bawa kolak dari ibu"
"nenek dimana?"
"Aska datang bawa kolak dari ibu"

Nenek yang sedang berada di dapur, segera berjalan untuk mendekati sumber suara.

"ya Allah, cucu nenek yang cantik dari tadi ya menunggu? Nenek ga denger ada yang salam kirain ga ada tamu" ucap si nenek

adab 2: Mengucapkan salam kepada tuan rumah

"eh iya nek, maap yak Aska lupa. Nih kolaknya, trus Aska langsung pergi ya mau ngantar kolak ke rumah bu'de" jawab aska sekalian berpamitan

Ia pun segera melaju ke rumah bu'de, jaraknya 1 km dari tempat nenek. Sesampainya disana, ia turun dari motornya kemudian mengetok rumah bu'denya sambil memberi salam.

"assalamu'alaikum....bude...assalamu'alaikum"

lama tak ada yang menyahut, aska mengintip-intip dari jendela rumah itu berharap menemukan bude atau pakde. Tapi tak ada orang yang datang untuk membukakan pintu. Ia mengintip lagi sambil mengetok jendelanya. Beberapa menit kemudian, bu'de keluar membukakan pintu. 

"wa'alaikumussalam.. sendiri aja kesininya? mana Ibu? tanya bu'de

"Ibu ada di rumah, bu'de. aku cuma di suruh nganter kolak buat bu'de"

"Wah makasih banyak. Harumnya (bu'de mencium aroma kolak tsb). Duduk dulu sini dek Aska"

Kemudian bu'de ke dapur, mungkin untuk memindahkan kolaknya. Lalu, bu'de datang membawakan air putih dan beberapa cemilan beserta wadah tempat kolak dari Aska.

"ayo di minum dulu.." sapa bude
"iya makasih bu'de" jawab aska

adab tuan rumah: menjamu tamu dengan makanan terbaik 

Sambil melihat Aska memakan makanan yang disajikan, bu'de berkata, "Nanti kalau bertamu ke rumah siapa aja, usahakan jangan mengintip-intip di jendelanya. Khawatir kalau yang punya rumah tidak sedang menutupi aurat dengan benar. kan jadi malu. Juga kalau udah 3x ketuk terus ga ada respon dari yang punya rumah, artinya kita harus pulang"

sambil cengengesan Aska berkata, "oh harus gitu ya bu'de? hehe maap aska ga tau. siap bu'de, laksanakan."

setelah selesai makan makanan yang di hidangkan, iapun pamit pulang. Tugas dari ibunya selesai dan ia mendapat banyak hal.
adab 3: Jangan celingak-celinguk di kaca jendela rumah orang yang kita datangi

adab 4: Ketuk hingga 3x. jika tidak di bukakan, segera pulang

adab 5: Setelah mengetuk pintu, badan kita bukan menghadap ke depan pintu melainkan ke dinding samping kanan/kirinya

Adab2 yang sudah dipaparkan diatas, terangkum semua dalam kitabNya di QS. Al-Hujuraat: 25-30 (cek qur'an masing2 yooo)

Semoga bermanfaat. :)

by: nhasnif

Monday, April 29, 2013

Kisah Pemuda Islam dan Pendeta

Terlepas dari hoax atau tidaknya kisah di bawah ini. Semoga bermanfaat.

Di sebuah kota, di luar negeri sana. Ada seorang pemuda islam dan seorang pemuda nasrani yang bersahabat, persahabatannya begitu kental. Sampai pada akhirnya, mereka berdua keluar untuk jalan-jalan, di tengah jalan ada gereja. Kemudian, pemuda nasrani ini ingin berdo'a sebentar. Karena merasa tidak enak, iapun ikut menemaninya masuk gereja. Ternyata di dalam gereja sedang ada kebaktian, namun karena sudah terlanjur masuk, akhirnya pemuda islam tetap di dalam dan duduk di samping sahabatnya.
Pendeta datang dan berkata, "Aku tahu disini ada orang islam. Saya tidak akan menunjuknya, biar dia mengakui sendiri".
Lalu pemuda islam ini berdiri dan hendak pergi meninggalkan sahabatnya. Belum jauh dia berjalan, si Pendeta berkata, "STOP. Sebelum kau pergi dari sini, saya akan memberikan 22 pertanyaan. Jika kau dapat menjawabnya, kau bisa keluar dari sini"

Dengan gagahnya, pemuda islam itu menjawab, "Silahkan".

Pendeta(P), Pemuda Islam (PI)
P: "Satu yang tiada dua?"
PI: "Allah"

P: "Dua yang tiada tiga?"
PI: "Malam dan Siang"

P: "Tiga yang tiada empat"
PI: "Kekhilafan Nabi Musa ketika khidir menenggelamkan sampan, membunuh seorang anak kecil dan ketika menegakkan kembali dinding yang hampir roboh."

P: "Empat yang tiada lima"
PI: "Zabur, Taurat, Injil, Al Qur'an"

P: "Lima yang tiada enam"
PI: "Sholat 5 waktu"

P: "Enam yang tiada tujuh"
PI: "Jumlah hari ketika Allah menciptakan bumi"

P: "Tujuh yang tiada delapan"
PI: "Langit yang 7 lapis. Allah berfirman, "Yang telah menciptakan 7 langit belapis2, kamu sekali2 tidak melihat pada penciptaan (QS. Al Mulk:3)"

P: "Delapan yang tiada sembilan?"
PI: "Malaikat pemikul Arsy Ar Rahman (QS: Al Haqqoh:17)"

P: "Sembilan yang tiada sepuluhnya?"
PI: "Mu'jizat yang diberikan kepada Musa yaitu tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan, musim paceklik, katak, darah, belalang."

P: "Sesuatu yang tidak lebih dari 10?"
PI: "Kebaikan (QS. Al An'am: 160)"

P: "Sebelas yang tiada dua belasnya?"
PI: "Jumlah saudara Nabi Yusuf A.S"

P: "Dua belas yang tiada tiga belasnya?"
PI: "Mata air yang muncul setelah Nabi Musa memukul tongkatnya"

P: "Tiga belas yang tiada empat belasnya?"
PI: "Jumlah saudara Nabi Yusuf + Ibu + Bapaknya"

P: "Adapun sesuatu yang bernapas namun tidak memiliki ruh?"
PI: "Waktu Subuh (QS. At Takwir: 18)"

P: "Kuburan yang membawa isinya?"
PI: "Ikan yang menelan Nabi Yunus"

P: "Yang berdusta tapi masuk syurga?"
PI: "Saudara2 Nabi Yusuf (QS. Yusuf: 98)"

P: "Sesuatu yang di ciptakan tapi tidak disukai?"
PI: "Suara Keledai (QS. Luqman: 19)"

P: "Makhluk yang diciptakan tanpa Bapak dan Ibu?"
PI: "Adam, malaikat, unta nabi sholeh, kambing nabi ibrahim"

P: "Makhluk yang diciptakan dari api?"
PI: "Iblis, yang diazab dengan api adalah Abu Jahal, yang terpeliharan dari api adalah Nabi Ibrahim"

P: "Makhluk yang terbuat dari batu?"
PI: "Unta Nabi Sholeh, yang di azab dengan batu adalah tentara bergajah, dan yang terpelihara dari batu adalah Ashabul Kahfi"

P: "Sesuatu yang diciptakan namun di anggap perkara besar?"
PI: "Tipu daya wanita (QS. Yusuf: 69)"

P: "Terakhir... pohon apakah yang memiliki 12 ranting, 30 daun, setiap daun memiliki 5 buah, 3 dibawah teduhan, 2 di bawah sinar matahari?"
PI: "Pohon adalah tahun, ranting adalah bulan, daun adalah hari, 5 buahnya adalah shalat lima waktu (3 dikerjakan di malam hari, 2 di siang hari)"

"Baik, kau boleh pergi dari sini" ucap si pendeta

"Kau memberikan aku 22 pertanyaan, dan aku sudah menjawabnya. Sekarang, aku akan memberikanmu 1 pertanyaan. sanggup?" tanya si pemuda islam

Kemudian pendeta agak ragu, jemaat gereja menyemangati pendeta untuk menerima tantangannya. Tidak lama setelah itu kemudian ia menyanggupinya.

"Apa kunci syurga itu?"

......

"Asyhadualla ilaaha illallah, wa asyhadu anna muhammadar rasulullah"

Dengan izin Allah, semua yang hadir di gereja itu ikut mengucapkan syahadat. Mereka masuk islam. 

>semoga kita semua bisa jadi pemuda/i yg memberikan inspirasi keislaman pada orang2 di sekitar kita<

END

by nhasnif

Thursday, April 18, 2013

Syarat Diterimanya Syahadat

Syahadat merupakan kalimat yang tidak hanya ibadah lisan yang diucapkan oleh seorang muslim, tetapi ia juga mencakup sikap dan perbuatan. Dimana seseorang dituntut untuk bersikap dan berbuat dengan tuntutan dari syahadatAdapun syarat diterimanya syahadat yaitu:

1.  Ilmu yang menolak kebodohan
·      Seseorang yang bersyahadat harus memiliki pengetahuan tentang syahadat itu sendiri.
·      Wajib memahami arti
·      Wajib mengamalkan hasil ucapan syahadatnya.

2.  Keyakinan yang menolak keraguan.
·      Seseorang yang bersyahadat harus yakin dengan sepenuh hati, tanpa ada keraguan sedikitpun.
Terdapat pada QS. Al-Hujurat Ayat 15 yang artinya:
 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar."
·      Keyakinan membawa seseorang pada istiqomah.
    Keyakinan kepada Allah swt menjadikan seseorang terpimpin dalam hidayah. Dalam QS As-Sajdah Ayat 24 mengatakan:
“Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.”
·      Ragu-ragu membawa kemunafikan.

3.  Keikhlasan yang menolak kesyirikan.
·      Ucapan syahadah harus diiringi dengan ikhlas yaitu lillahi ta’ala
·      Syahadat yang bercampur dengan riya, tidak diterima oleh Allah swt.
Ibadah yang tidak diniatkan dengan ikhlas, tidak akan diterima oleh Allah swt terdapat pada QS. Al-Kahfi Ayat 110.
·      Ikhlas dalam bersyahdat adalah dasar yang paling penting dalam pelaksanaan syahadat.
Syahadat merupakan ibadah, karena harus dilakukan dengan ikhlas, terdapat pada QS. Al-Bayyinah Ayat 5 yang artinya:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.”

4.  As-Sidqu (Benar) yang menolak kejujuran.
·      Dalam pernyataan syahadat muslim wajib membenarkan tanpa dicampur sedikitpun dusta.
·  Benar merupakan landasan iman, dan dusta merupakan landasan kufur yaitu kemaksiatan dan penghianatan.

5.  Mahabbah (kecintaan) yang menolak kebencian
·      Dalam menyatakan syahadat, harus dengan cinta.
·   Cinta adalah rasa suka yang melapangkan dada. Ia merupakan ruh dari ibadah, dengan cinta segala beban menjadi ringan.

6.  Menerima yang jauh dari penolakan
·      Muslim secara mutlak menerima nilai-nilai serta kandungan isi syahadatain.

Penulis: Deviyanti_mahasiswa